Kamis, 09 Mei 2013

khutbah jumat


Pada kesempatan yang berbahagia ini, di hari yang sangat cerah dan damai ini, marilah kita ucapka puja-puji dan syukur kita kehadirat Allah SWT yang mana hingga detik ini masih memberikan kita nikmat iman, kesehatan dan nikmat-nikmat lainnya yang tiada tandingannya diatas muka bumi ini. Sehingga kita masih dapat berkumpul didalam ruangan ini tanpa kurang suatu apapun.
Sesungguhnya perlu kita ketahui bahwa segala yang ada didunia ini dari kuman yang sekecil apapun sampai kepada benda yang besar seperti bulan, bintang, bumi maupun matahari sesungguhnya semua itu kecil bila dibandingkan dengan kebesaran allah SWT yang tiada duanya didunia ini. Oleh sebab itu, saya mengajak saudara sekalian untuk bersatu padu duduk sama rendah, berdiri sama tinggi dibawah naungan kalimat tauhid.
Dan tak lupa pula shalawat beserta salam kita hadiahkan kepeda rasul junjungan alam dengan mengucapakan Allahummashalli ‘alasyaidina Muhammad, wa’ala ‘alisyaidina Muhammad yang mana beliau telah berhasil membawa ummatnya dari zaman jahiliah, dari alam kebodohan ke alam yang bersinar bak mutiara dilautan seperti yang kita rasakan pada saat sekarang ini
Hadirin sekalian yang dirahmati Allah SWT…

Konsep Toleransi dalam Islam Semua orang tahu bahwa agama Islam adalah agama yang paling toleran terhadap pemeluk agama dan kepercayaan lain. Dalam mengarungi kehidupan dunia, orang-orang Islam tidak dilarang bergaul dengan orang lain, tidak dilarang berbuat baik dengan orang lain, dan diperintahkan berbuat adil dengan semua orang tanpa membedakan sosial, budaya dan agama, sebagaimana firman Allah :

لاينهكم الله عن الذين لم يقاتلكم فىالدين ولم يخرجوكم من دياركم ان تبروهم وتقسطوا اليهم-ان الله يحب القسطين


Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tidak memerangimu karena agama dan tidak pula mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil Q.S. Mumtahanah : 8)

Islam adalah agama yang sangat toleran. Rasulullah SAW telah memberi contoh bagaimana bersikap toleran dalam mengarungi kehidupan ini. Dalam kaitan yang berhubungan dengan antar sesama manusia yang berbeda suku, bangsa, bahkan berbeda agama. Karena itulah maka pada zaman Rasulullah SAW Islam dikenal agama yang sangat toleran dan agama yang dihargai oleh para ilmuwan yang tahu persis tentang Islam. Karena memang Allah SWT menjadikan Islam sebagai rahmat di alam ini. (QS Al Ambiya : 107) dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.

Islam mengajarkan agar kita menjamin keselarasan kehidupan dengan lingkungan, apalagi dengan sesama manusia. Toleransi yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW terhadap agama-agama lain sangat jelas sebagaimana terungkap dalam sejarah. Pernah suatu saat para pendeta dari agama Nasrani datang kepada Rasulullah SAW untuk mengetahui tentang agama Islam. Dalam beberapa hari mereka hidup bersama umat Islam. Pada suatu saat sampailah mereka pada hari Ahad, hari dimana bagi orang Nasrani adalah hari beribadah untuk mengagungkan Tuhannya. Rasulullah SAW memberi kesempatan seluas-luasnya untuk melakukan itu. Namun di lingkungan umat Islam itu tidak ada gereja untuk mereka gunakan melakukan ritual ibadah, maka problem seperti ini disampaikan kepada Rasulullah SAW. Kemudian Rasulullah SAW merelakan dan mempersilakan para pendeta itu untuk melakukan ibadah sesuai dengan keyakinannya di masjid.

Bukan hanya pada zaman Rasulullah saja terjadi seperti itu, pada zaman Umar ibn Khathab, yang di dalam sejarah Islam terkenal dengan zaman keemasan. Pada saat itu, ditaklukkannya kerajaan Persia, kerajaan Romawi, sehingga Islam berkembang sangat pesat pada saat itu. Bukan hanya meluas ke Timur, tetapi juga ke Barat. Di sana ditemukan beberapa umat yang berlainan agama. Kalau Umar pada saat itu ingin berlaku semena-mena, maka tidak menunggu waktu lama, mereka bisa dikikis habis. Tetapi, Umar malah memberi penghormatan kepada mereka, dan melindungi mereka untuk melakukan ibadah sesuai dengan keyakinan mereka, dengan catatan mereka tidak memusuhi, dan menjadikan Islam sebagai musuh untuk dihancurkan. Demikian juga yang terjadi pada kerajaan-kerajaan Islam yang lainnya.

Itulah sikap yang dicontohkan Rasulullah dan para sahabatnya. Persoalannya adalah ketika kita sebagai bangsa Indonesia, ada dua sisi yang menyikapi perbedaan agama, dengan sikap yang sama-sama ekstrim. Di satu sisi, mereka melihat orang lain mengikuti agama kita, misalnya ketika hari Raya Idul Fitri, banyak orang lain yang mengikuti, dengan cara menghormati dengan mendatangi ke rumah-rumah. Mereka mengucapkan selamat merayakan Hari Raya Idul Fitri. Dalam kondisi yang seperti itulah, maka ada kebingungan di antara umat Islam, yang tidak faham betul tentang aqidah, maka dia juga ingin melakukan hal yang sama, di saat orang lain merayakan hari rayanya, dia datang ke tempatnya. Sisi lainnya, juga ada sebagian umat Islam, yang menganggap, bahwa saling menghormati dan saling menghargai suatu agama adalah hal yang wajar, bahkan mungkin sampai-sampai menganggapnya, semua agama datangnya dari Tuhan dan semua itu merupakan suatu kebenaran, maka semuanya adalah suatu kebenaran. Maka terjebaklah mereka dalam konsep pluralisme. Pluralisme dalam kontek aqidah tidak dibenarkan dalam Islam. Pluralisme sebagai aliran filsafat menganggap, bahwa semua agama benar, semua bentuk ubudiyah yang dilakukan masing-masing pemeluk agama adalah jalan yang menuju kepada titik yang sama.
Terkait dengan aqidah Allah mengajarkan dengan tegas sikap umat Islam dengan umat yang lainnya. Sebagaimana diterangkan dalam Al-Qur’an surah Al Kaafiruun :



Katakanlah hai orang kafir.
Saya tidak menyembah apa yang kamu sembah.
Kamu juga tidak menyembah apa yang akau sembah.
Saya tidak menyembah apa yang kamu sembah.
Kamu tidak menyembah apa yang aku sembah.
Untukmu agamamu dan untukku agamaku. (Q.S. Al Kafiruun : 1-6)

Kita telah diajarkan bahwa Islam adalah agama yang sangat toleransi kepada sesama Islam maupun bukan karena Islam adalah Rohmatan lil 'alamin. Bagaimana bisa sesama umat Islam kita tidak bertoleransi hanya karna perbedaan aliran sedangkan dengan orang selain Islam kita seolah olah tunduk, dan menghormati padahal berbeda agama. bagaimana ini semua bisa terjadi? Lalu siapa yang salah? namun dalam hal ini kita jangan mencari siapa yang salah dan bagaimana ini bisa terjadi, tetapi menolehlah kepada diri kita masing - masing.

          Semua itu tergantung bagaimana kita memandang suatu permasalahan dan bagaimana kita menyikapi permasalahan tersebut (bahasanya tinggi banget). Semua itu tergantung sikap manusianya jika toleransinya kurang maka entah itu sesama umat Islam maupun bukan maka akan sering terjadi konflik.  Mengapa kita harus bertoleransi kepada selain Islam kalau sesama umat Islam saja kurang rasa toleransinya. Beda sedikit konflik, Beda sedikit konflik, terus apa gunanya kita bertoleransi kepada selain Islam kalau sesama Islam saja konflik, harusnya kita malu. Contohnya :  Konflik Syiah-Sunni, Perseteruan pertama terjadi pada pesantren milik Ustadz ahmad B., di Desa Brayo, Kecamatan Wonotunggal, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, 8 April 2000. Ketika itu, massa menyerbu pesantren seusai shalat Jumat, sekitar pukul 14.00 hingga 16.30. Akibatnya, tiga rumah di Pondok Pesantren Al-Hadi dirusak dan satu dibakar massa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar